Daya Off dan On Dalam Pembelajaran
Menurut Prof. Marsigit, perkuliahan terdiri dari off dan on. Apa pentingnya off dan on? Secara psikologis, bentuk perkuliahan off bertujuan untuk memberi kesempatan agar terbuka ruang pikirnya. Keterbukaan ini menjadikan kesempatan untuk berfikir secara bebas. Akan tetapi kebebasan tersebut tidaklah sebebas-bebasnya, kebebasan tersebut masih dalam rangka mencapai titik fokus kepada pekerjaan yang menjadi tugas-tugasnya. Dengan fokus tersebut dapat dihasilkan suatu karya, produk sendiri, maupun produk bersama.
Bentuk
pembelajaran off merupakan suatu tesis, antitesisnya adalah kehadiran Dosen
dalam pembelajaran (on). Kehadiran Dosen sebetulnya sangatlah penting, karena
sebagai penguatan khasanah keilmuan yang sedang dibangun. Mengapa ini bisa
terjadi? Karena seandainya intuitif dilakukan dalam waktu lama dan banyaknya
pekerjaan lebih dari satu maka seakan akan diikuti oleh penurunan kualitas.
Perbedaan
posisi off tersebut merupakan pengaruh dari adanya komunikasi. Komunikasi
meliputi berbagai hal, termasuk mendengar, membaca, menyentuh, mendorong,
bertanya, dll. Esensi dari berbagai bentuk komunikasi tersebut adalah
ekspektasi. Luas sempitnya komunikasi bergantung pada ekspektasi. Jika kita
berfikiran sempit, maka komunikasi yang diberikan dalam lingkup yang sempit.
Contoh: kita berada di kamar. Jika dituntut lebih, apakah bisa membedakan antara
keberadaan kamar kita di Yogya, Aceh, atau ditempat lain. Akan tetapi, dalam
kesempitan ruang tersebut terdapat keluasan makna yang mungkin dapat meleburkan
makna sesuai ekspektasi koordinat yang dibutuhkan.
Pentingnya
epistimologis tidak hanya sekedar hakiki. Keberadaan yang memang ada itu
bersifat hakiki. Sifat hakiki tersebut akan berkurang keberadaan maknanya jika
epistimologisnya berkurang. Sebagaimana dalam kurikulum, belajar beranekaragam
itu dalam rangka membangun. Membangun hidupnya hidup, membangun kepercayaan,
membangun komunikasi, dan tujuan akhirnya adalah membangun akhirat dengan amal
dan ibadah. Jika diperluas dapat diistilahkan dengan “cokro manggilingan”, yang berarti terus bergerak melingkar.
Bergerak secara waktu lampau, sekarang, dan yang akan datang.
Kualitas
pembelajaran terdiri dari
1.
Yang paling rendah yaitu kualitas teaching
Metode yang sering diguakan adalah metode ceramah. Metode
ini memang mudah, murah, simple, dan yang paling menggoda bagi guru.
2.
Tingkatan selanjutnya adalah metode riset.
Basis yang digunakan adalah berbasis riset. Bukan
hanya sekadar ceramah. Universitas riset kebanyakan berada pada basis MIPA atau
teknik, bukan humaniora. Hal ini dikarenakan riset itu berada pada
laboratorium. Sehingga universitas, prodi, kuliah, tugas pun berbasis riset. Karena
hal tersebut maka diperolehlah tugas dan produk berbasis research. Riset itu
merupakan referensi dan referensi itu merupakan riset. Jika suatu produk tanpa
disertai referensi maka itu merupaka mitos. Mitos dalam pengguguran kewajiban
yang tanpa berdasar. Secara hakekat memang ada, tetapi hakekat itu suatu
commonsense. Commonsense itu dapat sebagai penambah wawasan, akan tetapi tidak
dapat dijadikan rujukan. Sebagai contohnya informasi yang berada di blog, fb,
atau social media. Contoh yang dapat digunakan sebagai rujukan yaitu berada
pada jurnal yang nilainya merentang dari 1 s.d 10. Adapun yang paling rendah
adalah yang berada pada prosiding, ini pun nilainya dapat merentang dari 1 s.d
10.
3.
Jika ingin ditingkatkan lagi, yaitu sekolah
hidup
Perguruan tinggi yang hidup atau Construct atau etika
atau Cakra manggilingan. Salah satu salah satu prinsip hidup membangun itu ada
pada off dan on, ada menambah dan mengurangi, ada mendorong dan menarik, ada
meninggikan dan merendahkan, ada mempersempit dan memperluas. Hubungan ini bukan
seperti hubungan siang dan malam. Manusia ketika berada di siang hari, maka
dalam rangka menuju malam hari. Ketika berada di malam hari, maka dalam rangka
menuju siang hari. Sedangkan hubungan menambah, itu berada dalam rangka
mengurangi. Ketika mencintai dalam rangka siap untuk dibenci.
Ketika
pembelajaran off, maka hal ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengasingkan
diri dari guru. Dalam filsafat, terkait keterasingan itu terdapat dua metode
yaitu diintensifkan dan ekstensi. Ketika kita sedang menintensikan, kita sedang
menuju ekstensi. Ketika kita sedang mengekstensikan, kita menuju intensi.
Contoh mudahnya yaitu ketika kita memejamkan mata, maka kita mengasingkan diri
dari orang lain. Ketika mata itu dibuka, maka kita tidak mengasingkan diri
dengan orang lain. Dalam bentuk istilah lain yaitu alienasi dan dealienasi.
Kehidupan
sebenarnya yaitu adanya alienasi dan dealienasi, ada siang dan malam, tidak ada
siang tanpa malam, ada panjang dan lebar, ada menambah dan mengurangi, ada baik
dan buruk, ada fokus dan tidak fokus. Ketika kita tidur, kita disebut
teralienasi/terasing maka ketika kita bangun kita mulai membuka dunia menjadi
dealienasi.
Oleh
karena itu, dalam pendidikan juga penting adanya alienasi dan dealienasi. Hal
ini dikarenakan sudah banyak terjadi tekanan karena banyaknya tugas, waktu yang
mepet. Sehingga titik rawan yaitu berada pada perubahan alienasi dan
dealienasi. Kuliah daring sebagai contoh terasing, akan tetapi dengan adanya
google meet maka merupakan suatu usaha menuju ketidakterasingan.
Hidup
itu merupakan ketrampilan dalam perbatasan antara alienasi dan dealienasi.
Begitu juga manajemen melakukan off dan on dalam pembelajaran daring. Ini
merupakan salah satu menyeimbangkan antara alienasi dan dealienasi.
Penulisan
karya ilmiah itu harus memenuhi kaidah valid, tidak ilmiah tidak valid. Ilmiah itu
identic dengan logis, tidak ilmiah berarti tidak logis tidak valid. Valid meliputi
dua hal yaitu dipercaya dan diteruskan. Dipercaya yaitu berada pada saat
terdapat sumber atau referensi. Ilmu adalah sungai referensi.
Referensi
jangan hanya bersifat tunggal, karena akan rawan menuju plagiasi. Mengapa
demikian? Karena referensi adalah tesis, jika hanya terdapat satu referensi
maka hanya terdapat 1 tesis, dan demikian seterusnya. Seribu tesis, maka 1
tesis dan 999 merupakan antithesis. Tesis itu semua, antitesis itu merupakan
selain dari semua. Agar tidak terjadi plagiasi maka dibutuhkan antitesis.
Jika
terdapat terdapat berbagai tesis, maka tahapan selanjutnya adalah terjadi
sintesis. Sintesis dapat berupa perbandingan, memperbaiki, melengkapi,
mengurangi, mengkritisi, mereview, dan seterusnya. Dari berbagai referensi yang
ada selanjutnya diambillah kesimpulan dan seterusnya.
Secara
filsafat sintesis adalah hubungan antar kejadian, hubungan antar referensi,
hubungan antar peristiwa. Sintesis itu hubungan antara hubungan persepsi,
persepsi apa yang kita pikirkan berdasarkan realita, realita berupa referensi yang
kita sintesiskan. Sintesis adalah hubungan antara dua persepsi atau lebih.
Prinsip
keilmuan dalam membangun kurikulum secara Filsafat meliputi
1.
Sintesis
Dalam penyusunan harus didasarkan pada referensi.
Referensi tidaklah hanya satu, akan tetapi dari berbagai sumber yang dapat
mendukung dalam menentukan sintesis.
2.
Aposteriori
Yaitu masa lampau. Dalam peyusunan kurikulum hendaknya
memperhatikan masa lampau yaitu meliputi referensi masa lampau, prinsip-prinsip
masa lampau, sekarang, dan yang akan datang, hasil survey.
3.
Analitik
Pengembangan kurikulum harus bisa
dipertanggungjawabkan. Bersifat analitik yaitu jika logis.
4.
Apriori
Menyusun, menilai, merencanakan. Kurikulum berlaku
bukan untuk masa lampau tetapi masa depan.
Komentar
Posting Komentar