Langsung ke konten utama

Tugas 4: Refleksi Perkuliahan Kajian Kurikulum On Ke-4

 Daya Off dan On Dalam Pembelajaran

Menurut Prof. Marsigit, perkuliahan terdiri dari off dan on. Apa pentingnya off dan on? Secara psikologis, bentuk perkuliahan off bertujuan untuk memberi kesempatan agar terbuka ruang pikirnya. Keterbukaan ini menjadikan kesempatan untuk berfikir secara bebas. Akan tetapi kebebasan tersebut tidaklah sebebas-bebasnya, kebebasan tersebut masih dalam rangka mencapai titik fokus kepada pekerjaan yang menjadi tugas-tugasnya. Dengan fokus tersebut dapat dihasilkan suatu karya, produk sendiri, maupun produk bersama.

Bentuk pembelajaran off merupakan suatu tesis, antitesisnya adalah kehadiran Dosen dalam pembelajaran (on). Kehadiran Dosen sebetulnya sangatlah penting, karena sebagai penguatan khasanah keilmuan yang sedang dibangun. Mengapa ini bisa terjadi? Karena seandainya intuitif dilakukan dalam waktu lama dan banyaknya pekerjaan lebih dari satu maka seakan akan diikuti oleh penurunan kualitas.

Perbedaan posisi off tersebut merupakan pengaruh dari adanya komunikasi. Komunikasi meliputi berbagai hal, termasuk mendengar, membaca, menyentuh, mendorong, bertanya, dll. Esensi dari berbagai bentuk komunikasi tersebut adalah ekspektasi. Luas sempitnya komunikasi bergantung pada ekspektasi. Jika kita berfikiran sempit, maka komunikasi yang diberikan dalam lingkup yang sempit. Contoh: kita berada di kamar. Jika dituntut lebih, apakah bisa membedakan antara keberadaan kamar kita di Yogya, Aceh, atau ditempat lain. Akan tetapi, dalam kesempitan ruang tersebut terdapat keluasan makna yang mungkin dapat meleburkan makna sesuai ekspektasi koordinat yang dibutuhkan.

Pentingnya epistimologis tidak hanya sekedar hakiki. Keberadaan yang memang ada itu bersifat hakiki. Sifat hakiki tersebut akan berkurang keberadaan maknanya jika epistimologisnya berkurang. Sebagaimana dalam kurikulum, belajar beranekaragam itu dalam rangka membangun. Membangun hidupnya hidup, membangun kepercayaan, membangun komunikasi, dan tujuan akhirnya adalah membangun akhirat dengan amal dan ibadah. Jika diperluas dapat diistilahkan dengan “cokro manggilingan”, yang berarti terus bergerak melingkar. Bergerak secara waktu lampau, sekarang, dan yang akan datang.

Kualitas pembelajaran terdiri dari

1.        Yang paling rendah yaitu kualitas teaching

Metode yang sering diguakan adalah metode ceramah. Metode ini memang mudah, murah, simple, dan yang paling menggoda bagi guru.

2.        Tingkatan selanjutnya adalah metode riset.

Basis yang digunakan adalah berbasis riset. Bukan hanya sekadar ceramah. Universitas riset kebanyakan berada pada basis MIPA atau teknik, bukan humaniora. Hal ini dikarenakan riset itu berada pada laboratorium. Sehingga universitas, prodi, kuliah, tugas pun berbasis riset. Karena hal tersebut maka diperolehlah tugas dan produk berbasis research. Riset itu merupakan referensi dan referensi itu merupakan riset. Jika suatu produk tanpa disertai referensi maka itu merupaka mitos. Mitos dalam pengguguran kewajiban yang tanpa berdasar. Secara hakekat memang ada, tetapi hakekat itu suatu commonsense. Commonsense itu dapat sebagai penambah wawasan, akan tetapi tidak dapat dijadikan rujukan. Sebagai contohnya informasi yang berada di blog, fb, atau social media. Contoh yang dapat digunakan sebagai rujukan yaitu berada pada jurnal yang nilainya merentang dari 1 s.d 10. Adapun yang paling rendah adalah yang berada pada prosiding, ini pun nilainya dapat merentang dari 1 s.d 10.

3.        Jika ingin ditingkatkan lagi, yaitu sekolah hidup

Perguruan tinggi yang hidup atau Construct atau etika atau Cakra manggilingan. Salah satu salah satu prinsip hidup membangun itu ada pada off dan on, ada menambah dan mengurangi, ada mendorong dan menarik, ada meninggikan dan merendahkan, ada mempersempit dan memperluas. Hubungan ini bukan seperti hubungan siang dan malam. Manusia ketika berada di siang hari, maka dalam rangka menuju malam hari. Ketika berada di malam hari, maka dalam rangka menuju siang hari. Sedangkan hubungan menambah, itu berada dalam rangka mengurangi. Ketika mencintai dalam rangka siap untuk dibenci.

Ketika pembelajaran off, maka hal ini memberi kesempatan kepada siswa untuk mengasingkan diri dari guru. Dalam filsafat, terkait keterasingan itu terdapat dua metode yaitu diintensifkan dan ekstensi. Ketika kita sedang menintensikan, kita sedang menuju ekstensi. Ketika kita sedang mengekstensikan, kita menuju intensi. Contoh mudahnya yaitu ketika kita memejamkan mata, maka kita mengasingkan diri dari orang lain. Ketika mata itu dibuka, maka kita tidak mengasingkan diri dengan orang lain. Dalam bentuk istilah lain yaitu alienasi dan dealienasi.  

Kehidupan sebenarnya yaitu adanya alienasi dan dealienasi, ada siang dan malam, tidak ada siang tanpa malam, ada panjang dan lebar, ada menambah dan mengurangi, ada baik dan buruk, ada fokus dan tidak fokus. Ketika kita tidur, kita disebut teralienasi/terasing maka ketika kita bangun kita mulai membuka dunia menjadi dealienasi.

Oleh karena itu, dalam pendidikan juga penting adanya alienasi dan dealienasi. Hal ini dikarenakan sudah banyak terjadi tekanan karena banyaknya tugas, waktu yang mepet. Sehingga titik rawan yaitu berada pada perubahan alienasi dan dealienasi. Kuliah daring sebagai contoh terasing, akan tetapi dengan adanya google meet maka merupakan suatu usaha menuju ketidakterasingan.

Hidup itu merupakan ketrampilan dalam perbatasan antara alienasi dan dealienasi. Begitu juga manajemen melakukan off dan on dalam pembelajaran daring. Ini merupakan salah satu menyeimbangkan antara alienasi dan dealienasi.

Penulisan karya ilmiah itu harus memenuhi kaidah valid, tidak ilmiah tidak valid. Ilmiah itu identic dengan logis, tidak ilmiah berarti tidak logis tidak valid. Valid meliputi dua hal yaitu dipercaya dan diteruskan. Dipercaya yaitu berada pada saat terdapat sumber atau referensi. Ilmu adalah sungai referensi.

Referensi jangan hanya bersifat tunggal, karena akan rawan menuju plagiasi. Mengapa demikian? Karena referensi adalah tesis, jika hanya terdapat satu referensi maka hanya terdapat 1 tesis, dan demikian seterusnya. Seribu tesis, maka 1 tesis dan 999 merupakan antithesis. Tesis itu semua, antitesis itu merupakan selain dari semua. Agar tidak terjadi plagiasi maka dibutuhkan antitesis.

Jika terdapat terdapat berbagai tesis, maka tahapan selanjutnya adalah terjadi sintesis. Sintesis dapat berupa perbandingan, memperbaiki, melengkapi, mengurangi, mengkritisi, mereview, dan seterusnya. Dari berbagai referensi yang ada selanjutnya diambillah kesimpulan dan seterusnya.

Secara filsafat sintesis adalah hubungan antar kejadian, hubungan antar referensi, hubungan antar peristiwa. Sintesis itu hubungan antara hubungan persepsi, persepsi apa yang kita pikirkan berdasarkan realita, realita berupa referensi yang kita sintesiskan. Sintesis adalah hubungan antara dua persepsi atau lebih.

Prinsip keilmuan dalam membangun kurikulum secara Filsafat meliputi

1.        Sintesis

Dalam penyusunan harus didasarkan pada referensi. Referensi tidaklah hanya satu, akan tetapi dari berbagai sumber yang dapat mendukung dalam menentukan sintesis.

2.        Aposteriori

Yaitu masa lampau. Dalam peyusunan kurikulum hendaknya memperhatikan masa lampau yaitu meliputi referensi masa lampau, prinsip-prinsip masa lampau, sekarang, dan yang akan datang, hasil survey.    

3.        Analitik  

Pengembangan kurikulum harus bisa dipertanggungjawabkan. Bersifat analitik yaitu jika logis.

4.        Apriori

Menyusun, menilai, merencanakan. Kurikulum berlaku bukan untuk masa lampau tetapi masa depan.

Jika salah satu tidak terpenuhi maka tidak memenuhi kaidah keilmuan. Logika kurikulum akan tercapai jika unsur-unsurnya logis. Logis merupakan hubungan antara dua konsep yang konsisten. Konsep merupakan valid dan sesuai dengan realita dan logika. Sesuai dengan realita yaitu koresponden dengan subjek didik. Semuanya itu dilakukan berdasarkan pada referensi-referensi yang sesuai. Validitas dari suatu karya atau produk atau pengembangan dapat diketahui dengan melakukan uji coba. Uji coba ini menghasilkan menghasilkan realita, menghasilkan persepsi, kemudian realita dari uji coba itu di sintesis kan dengan idealita tujuan dari pada kurikulum demikian seterusnya. Jadi setiap tahap tidak mungkin terlepas dari referensi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mind Map Pengembangan Kurikulum

Berikut Mind Map Pengembangan Kurikulum yang bersumber dari  https://oerl.sri.com/instruments/cd/instrCD.html

Alphamath: JOURNAL OF MATHEMATICS EDUCATION

Bagi peneliti tentang pendidikan matematika yang ingin mempublikasi artikelnya, dipersilahkan untuk publikasi di Jurnal Alphamath. Focus dan Scope jurnal ini yaitu: mempublikasikan hasil-hasil penelitian atau kajian teoritis tentang pendidikan matematika dengan sasaran: guru/pendidik matematika di tingkat SMP dan SMA, pengamat dan peneliti matematika, pengambil kebijakan pendidikan di tingkat regional maupun nasional. Jurnal AlphaMath merekomendasikan jenis Penelitian Tindakan Kelas, kualitatif, deskriptif, kuantitatif,  penelitian pengembangan didaktik (DDR), maupun penelitian pengembangan (R&D) Cakupan dan lingkup penelitian meliputi: kurikulum pendidikan matematika, pembelajaran matematika yang inovatif dan kreatif, media pembelajaran matematika, penilaian dan evaluasi pembelajaran matematika, lesson study, kemampuan berpikir matematis, dan ICT dalam pembelajaran matematika. Link Jurnal ini yaitu: http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/alphamath/index