Langsung ke konten utama

Tugas 2 Marsigit Kurikulum

 Tugas 2: Refleksi Perkuliahan Kajian Kurikulum Pertemuan Ke-2

#marsigit kurikulum


Pada pertemuan kedua yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, MA. Yaitu membahas tentang kaitan kurikulum dengan politik dan idiologi dalam pemdidikan. Pada awalnya Prof Marsigit menyampaikan bahwa kurikulum itu tidak didpat dilakukan secara sendiri. Apabila bersih keras untuk membuat sendiri maka dia harus masuk ke dalam bagian sistem terlebih dahulu. Apakah sistem di perguruan tinggi, apakah sistem di Prodi, apakah sistem di dinas, apakah sistem di Kementerian Pendidikan dan seterusnya. Dalam bagian sistem tersebut, kita memberikan kontribusi berupa pemikiran-pemikiran pada sistem itu dalam membangun kurikulum. 

Permasalahan lain, pada kurikulum itu adalah tentang makro dan mikro. Kurikulum itu secara makro yaitu makro nasional dan makro dunia internasional. Makro nasional dapat terpengaruh oleh makronya dunia yang berupa trend atau tendensi kecenderungan dunia itu terhadap pendidikan. Pada 20 tahun yang lalu ketika ekonomi berjaya di negara-negara barat, negara Barat bereksperimen dengan gerakan pembebasan otonomi pendidikan. Bentuk pembebasan otonomi pendidikan tubuh bahkan sampai kepada politik, puncaknya di Indonesia muncul otonomi daerah. Cakupan wilayah penganut pembebasan otonomi daerah yaitu Amerika Utara, Kanada, Eropa Utara, Australia, dan Selandia Baru. 

Pada saat itu Inggris merupakan negara kaya, sehingga tidak terpengaruh adanya permasalahan ekonomi. Sekolah-sekolah diberi kebebasan untuk membuat kurikulum sendiri. Kalau di Indonesia muncul KTSP, walaupun ktsp-nya tidak murni. Di Inggris sekolah-sekolah membuat kurikulum sendiri, bahkan gurunya pun dapat membuat kurikulum sendiri. Hal ini dikarenakan definisi kurikulum berbeda. Rencana pembelajaran yang disusun guru itu namanya kurikulum, jadi dapat disesuaikan dengan permintaan siswa. Salah satu perbedaan yaitu tentang konstruksi. Di Inggris, konstruktif berangkat dari diri siswa, pemahaman siswa untuk membangun, guru fungsinya membantu konstruksi. Selain itu, konstruksi matematika di Inggris juga berbeda waktunya, berbeda mulai nya, berbeda prosesnya, berbeda akhirnya, berbeda tugas akhir, berbeda prosesnya, oleh karena itu guru membuat berbagai macam sumber termasuk berbagai LKS yamg dapat memberikan dampak yang bermacam-macam. Pelaksanaan KTSP di Indonesia waktunya sama, matematika nya sama, awalannya sama, prosesnya sama, dan hasilnya pun sama. Sekarang ini dikarenakan tekanan ekonomi dunia maka otonomi pendidikan berubah menjadi kurikulum tersentralisasi. 

Negara-negara biasanya mempunyai ciri khas tersendiri dalam hal politik dan ideology pendidikan. Amerika mengarah sebagai industrial trainer dan technological pragmatism. Yaitu mendidik siswa untuk siap bekerja dan mampu dalam penerapan teknologi. Teteapi tidak condong pada old humanism. Negara yang condong pada old humanis yaitu Inggris, Jepang, dan Indonesia. Makna konservatif yaitu melestarikan budaya-budaya yang lama, tradisi, dan sebagainya. 

Teknologi pragmatik adalah kepentingan orang tua, kepentingan guru, kepentingan sekolah, kepentingan pemerintah, kepentingan industry, kepentingan pasar. Makanya selalu ada godaan cobaan dan sebagainya untuk untuk link and match pendidikan kepada anak-anak. Sebagai orang yang belajar filsafat dan Psikologi, berkepentingan untuk melindungi anak-anak dari Ambisi orang tua. 

Kenapa pendidikan menyebabkan stres bukan menyebabkan gembira dan begitu matematika perguruan tinggi dan matematika sekolah debit dalam matematika sekolah salah satunya adalah keterampilan untuk berkomunikasi. Harusnya siswa siswa yang belajar Matematika itu semakin hari semakin bagus komunikasinya. 

Matematika perguruan tinggi itu format matematika formal 48 + 28, ini tidak mempunyai makna bagi anak kecil. Jika diubah menjadi terdapat kereta yang terdiri dari dua gerbong. Gerbong pertama berisi 47 orang, gerbong kedua berisi 28 orang. Berapakah jumlah orang yang terangkut oleh kereta 2 gerbong tersebut? Ini merupakan contoh dari matematika konkrit. 

Fenomena gunung yaitu orang dewasa yang dipenuhi dengan gunung-gunung keilmuan, jadi hati-hati jangan cepat marah dan tidak boleh marah dalam arti di depan kelas marah-marah itu sama saja dengan mengeluarkan lava panas. Guru kalau marah jangan mengajar, pemeran guru itu bisa dirasakan sebagai panas seperti lava yang mengalir ke bawah di mana di lembah-lembah itu adalah letak daripada para siswanya. Antara apa yang dikuasai dan yang menguasai itu fenomena, apapun termasuk matematika. Kalau tidak siap, maka bisa menjadi bencana tsunami bagi para siswanya. Tetapi kalau siap, bisa menjadi berkah. Jadi kalau mau belajar Matematika itu tidak siap, bisa menjadi bencana. Supaya siap, Matematika itu dari dalam diri siswa, siswa sendiri yang aktif, sehingga menjadikan matematika milik siswa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tugas 4: Refleksi Perkuliahan Kajian Kurikulum On Ke-4

  Daya Off dan On Dalam Pembelajaran Menurut Prof. Marsigit, perkuliahan terdiri dari off dan on. Apa pentingnya off dan on? Secara psikologis, bentuk perkuliahan off bertujuan untuk memberi kesempatan agar terbuka ruang pikirnya. Keterbukaan ini menjadikan kesempatan untuk berfikir secara bebas. Akan tetapi kebebasan tersebut tidaklah sebebas-bebasnya, kebebasan tersebut masih dalam rangka mencapai titik fokus kepada pekerjaan yang menjadi tugas-tugasnya. Dengan fokus tersebut dapat dihasilkan suatu karya, produk sendiri, maupun produk bersama. Bentuk pembelajaran off merupakan suatu tesis, antitesisnya adalah kehadiran Dosen dalam pembelajaran (on). Kehadiran Dosen sebetulnya sangatlah penting, karena sebagai penguatan khasanah keilmuan yang sedang dibangun. Mengapa ini bisa terjadi? Karena seandainya intuitif dilakukan dalam waktu lama dan banyaknya pekerjaan lebih dari satu maka seakan akan diikuti oleh penurunan kualitas. Perbedaan posisi off tersebut merupakan pengaruh ...

Mind Map Pengembangan Kurikulum

Berikut Mind Map Pengembangan Kurikulum yang bersumber dari  https://oerl.sri.com/instruments/cd/instrCD.html

Alphamath: JOURNAL OF MATHEMATICS EDUCATION

Bagi peneliti tentang pendidikan matematika yang ingin mempublikasi artikelnya, dipersilahkan untuk publikasi di Jurnal Alphamath. Focus dan Scope jurnal ini yaitu: mempublikasikan hasil-hasil penelitian atau kajian teoritis tentang pendidikan matematika dengan sasaran: guru/pendidik matematika di tingkat SMP dan SMA, pengamat dan peneliti matematika, pengambil kebijakan pendidikan di tingkat regional maupun nasional. Jurnal AlphaMath merekomendasikan jenis Penelitian Tindakan Kelas, kualitatif, deskriptif, kuantitatif,  penelitian pengembangan didaktik (DDR), maupun penelitian pengembangan (R&D) Cakupan dan lingkup penelitian meliputi: kurikulum pendidikan matematika, pembelajaran matematika yang inovatif dan kreatif, media pembelajaran matematika, penilaian dan evaluasi pembelajaran matematika, lesson study, kemampuan berpikir matematis, dan ICT dalam pembelajaran matematika. Link Jurnal ini yaitu: http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/alphamath/index